Pinjaman Bergulir dalam perspektif pengentasan kemiskinan dan penanganan kekumuhan

" Pinjaman Bergulir dalam Perspektif Pengentasan Kemiskinan dan Penanganan Kekumuhan "

Dulur.....Ketika membahas pinjaman bergulir, apa yang terbesit pertama kali di benak kita, kemacetan kah?, Pinjaman kelompok kah?, Tunggakan kah? Atau mungkin Alokasi laba bersihnya?, Kegiatan Pinjaman Bergulir memang sangat " Seksi " untuk dikupas, mulai dari intervensi program P2KP, PNPM MP, bahkan sampai Program Kotaku. mulai dari upaya pengentasan kemiskinan sampai dengan penanganan kekumuhan. Atas hal ini lah, pada kesempatan kali ini kita akan kupas Pinjaman Bergulir dalam Perspektif Pengentasan Kemiskinan dan Penanganan Kekumuhan. Mari....kita kupas satu persatu, mulai dari kegiatan pinjaman bergulir, kemiskinan dan kekumuhan.

Pertama, Kegiatan Pinjaman Bergulir adalah kegiatan pemberian pinjaman dalam skala mikro kepada masyarakat miskin di wilayah kelurahan atau desa dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir bertujuan  untuk menyediakan akses layanan keuangan kepada rumah tangga miskin dengan pinjaman mikro berbasis  pasar dengan kegiatan yang menghasilkan pendapatan yang biasanya tidak memiliki akses ke sumber pinjaman lainnya, untuk memperbaiki kondisi ekonomi mereka dan kegiatan yang mendukung tumbuhnya ekonomi serta usaha mikro, disamping itu membelajarkan mereka dalam hal mengelola pinjaman dan menggunakannya secara benar. 

Aturannya seperti Apa sih.....?? Aturan dalam Pinjaman bergulir atau yang biasa kita sebut dengan Skim Pinjaman Bergulir adalah ketentuan umum dalam pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir. ketentuan tersebut meliputi Peminjam, peminjam yang dimaksud adalah KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) tentunya beranggotakan warga miskin minimal 5 orang dan yang pasti membutuhkan modal usaha. Tujuan Penggunaan Pinjaman, Pinjaman diberikan untuk membantu kegiatan yang bersifat produktif dalam rangka menciptakan peluang usaha dan kesempatan kerja. Besar Pinjaman, Besar pinjaman mula-mula ditentukan maksimal Rp. 1.000.000,- perorang, namun disesuaikan dengan kemampuan membayar kembali peminjam. Jasa Pinjaman, Jasa pinjaman sebesar 1,5% - 3 % tergantung hasil rembug dengan masyarakat. Jangka Waktu Pinjaman, Jangka waktu pinjaman 3-12 bulan disesuaikan dengan kondisi usaha peminjam. Frekuensi Pinjaman masing-masing peminjam ditetapkan maksimal 4 kali. Angsuran Pinjaman, Angsuran pinjaman dilakukan bulanan.

Kedua, World Bank (2001) mengartikan kemiskinan sebagai keadaan tidak tercapainya kehidupan yang layak dengan penghasilan USD 1,00 per hari, sedangkan BAPPENAS (Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional) mendefinisikan kemiskinan sebagai situasi serba kekurangan yang terjadi bukan karena kehendak si miskin, melainkan karena keadaan yang tidak dapat dihindari dengan kekuatan yang ada padanya. Ada banyak hal yang menyebabkan seorang menjadi miskin, menurut world bank ada 3 faktor utama penyebab kemiskinan yaitu : Pertama, Rendahnya pendapatan dan aset untuk memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Kedua, Ketidakmampuan untuk bersuara dan ketiadaan kekuatan di depan institusi negara dan masyarakat. Ketiga, Rentan terhadap guncangan ekonomi, terkait dengan ketidakmampuan menanggulanginya.

Ketiga, menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 2 Tahun 2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Didalam Peraturan tersebut jelas dikatakan bahwa ada 7 indikator atau parameter kekumuhan yaitu (1) Bangunan Gedung, (2) Jalan Lingkungan, (3) Penyediaan Air Minum, (4) Drainase Lingkungan, (5) Pengelolaan Air Limbah, (6) Pengelolaan Persampahan, (7) Proteksi Kebakaran.  

Kita lanjutkan pembahasannya.....bagaimana dampak pinjaman bergulir jika di pandang dari upaya pengentasan kemiskinan dan upaya penanganan kekumuhan ?.

Pertama, Atas dasar skim pinjaman bergulir yang merupakan ketentuan dasar dalam pelaksanaan kegiatan pinjaman bergulir, dimana penerima manfaat adalah warga miskin, maka berdasarkan laporan keuangan UPK LKM periode Bulan Juli 2018 dimasing masing desa, jika di akumulasikan dalam skala kecamatan yaitu kecamatan jiwan yang notabanenya lokasi program kotaku, penerima manfaat Kelompok Swadaya Masyarakat yang terlayani sebanyak 407 KSM ( Kelompok Swadaya Masyarakat ) dengan jumlah anggota KSM warga miskin yang terlayani sebanyak 2.178 Orang . untuk pinjaman yang beredar di masyarakat jika diakumulasikan dalam skala Kecamatan Jiwan adalah sebesar Rp. 2.206.042.000. dengan adanya kegiatan pinjaman bergulir, diharapkan masyarakat yang secara ekonomi mengalami kesulitan modal dapat terbantu dengan dibukanya akses pinjaman permodalan dengan tanpa jaminan atau agunan, dimana hal tersebut menjadi kendala masyarakat miskin ketika mengakses permodalan ke Lembaga Keuangan yang lain. 

Kedua, Jasa pinjaman yang tiap bulannya diberikan oleh KSM bersamaan dengan pembayaran angsurannya kepada UPK ( Unit Pengelola Keuangan ) akan kembali kemasyarakat dalam wujud kegiatan sesuai dengan amanah AD/ART LKM. Laba bersih UPK yang tiap tahun teralokasikan bersumber dari pendapatan UPK salah satunya yaitu melalui pendapatan jasa pinjaman ksm setelah dikurangi dengan biaya operasional UPK. Laba bersih UPK akan di alokasikan ke beberapa kegiatan sesuai dengan AD/ART LKM yaitu kegiatan infrastruktur, kegiatan Sosial, Kegiatan Ekonomi ( Penambahan Modal Pinjaman Bergulir ) dan BOP LKM sebagai dana operasional LKM. berdasarkan laporan keuangan UPK LKM periode Bulan Juli 2018 dimasing masing desa, jika di akumulasikan dalam skala kecamatan yaitu Kecamatan Jiwan yang notabanenya lokasi Program Kotaku, modal awal pinjaman bergulir sebesar Rp. 1.403.000.000 yang telah teralokasikan sejak tahun 2009, pada periode laporan Bulan Juli 2018 telah berkembang menjadi Rp. 2.985.127.326. hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pinjaman bergulir berkembang dengan baik. Alokasi Laba Bersih UPK yang diberikan untuk LKM khususnya untuk kegiatan infrastruktur digunakan untuk kegiatan penanganan kekumuhan sesuai dengan permasalahan kekumuhan yang ada di masing masing desa. hal ini menunjukkan bahwa kegiatan pinjaman bergulir berdampak pada upaya pengurangan kekumuhan melalui alokasi laba bersih yang dihasilkan. 

Berikut adalah potret kegiatan penanganan kekumuhan yang bersumber dari alokasi laba bersih UPK di beberapa desa di Kec. Jiwan

Kegiatan Penanganan Kekumuhan dari Parameter Pengelolaan Air Limbah, pembangunan jamban keluarga dari alokasi laba bersih UPK LKM Desa Sukolilo dengan Penerima manfaat adalah warga miskin. gambar di sebelah kiri adalah foto 0%, sedang sebelah kanan adalah foto 100%.

.
                                                                      

Kegiatan Penanganan Kekumuhan dari Parameter Bangunan Gedung, Rehab Rumah Tidak Layak Huni ( RTLH ) dari alokasi laba bersih UPK LKM Desa Kwangsen dengan penerima manfaat adalah warga miskin. gambar di sebelah kiri adalah foto 0%, sedangkan foto sebelah kanan adalah foto 100%. 

Kesimpulannya, jika kegiatan pinjaman bergulir berjalan dan berkembang dengan baik akan berdampak positif kepada : Pertama, upaya pengentasan kemiskinan dalam kerangka pinjaman modal usaha tanpa anggunan bagi warga miskin. Kedua, upaya penanganan kekumuhan melalui Alokasi Laba Bersih yang di hasilkan. 

Sekian dulu, pembahasan kita kali ini, akan kita kupas lebih mendalam di lain waktu. Salam Seduluran ......... dari kami Tim Fasilitator Kabupaten Madiun.